Breaking News



Ngiklan Murah Disini Yuk!!

Antara Jengkol dan Wartawan Gadungan Menjadi Trending di Medsos.

Responsive Ad Here


 Media Swara Semesta (27/8)

Serdang Bedagai

"Terkait tindak pidana penipuan yang dilakukan oknum yang mengaku -ngaku dari wartawan/LSM suatu lembaga terjadi di Desa Aras Panjang Kecamatan Dolok Masihul, kabupaten Serdang Bedagai Selasa 25 Agustus 2020, sesuai pemberitaan Media Swara Semesta, ternyata trending dan menuai komentar terutama dari kalangan jurnalis maupun LSM.

Sebenarnya dari ketentuan hukum pidana, hal tersebut telah memenuhi unsur penipuan dengan memasukkan nama seseorang, lembaga atau institusi tertentu tanpa izin dan/atau sepengetahuan dari yang bersangkutan. 

Perlu diketahui martabat seorang kontrol sosial itu sangat tinggi Dimata hukum dengan kemerdekaan Persnya yang dilindungi undang-undang nomor 40 tahun 1999 dan pasal 28 F UUD-45, namun terkadang terlalu disepelekan oleh pejabat publik karena mengaku-ngaku jurnalis tapi tak bisa menulis, bahkan tidak sedikit yang gadungan.

Menurut Ridwan Lapphan RI dalam komentarnya "Sebenarnya harus ditindak dan  dilaporkan saja karena sudah kena aturan Presiden Jokowi tentang Nawa Cita Saber Pungli". dan perbuatan pelaku telah merusak citra Wartawan tambah Saor Panggabean.

"Banyak sekarang yg ngaku-ngaku Wartawan ( Gadungan)  cari  mangsa ke kantor Desa, jadi nama wartawan sesungguhnya yang jelek", ucap Saor Panggabean.

"Tapi kenapa, banyak para Kades yg takut dengan yang Gadungan, berarti mereka benar ada korupsi, karna sama yg palsu (gadungan ) saja mereka takut, apalagi sama yang Asli, tegasnya

Sementara menurut Irlan Situmorang dengan akunnya sebagai ketua mengatakan "Wartawan/Jurnalis adalah orang yang sehari-hari atau secara rutin menulis dan tulisannya dibaca oleh publik.


Saya setuju dengan isi tulisan di berita Swara Semesta kalau gak bisa membuat berita cuma hanya anggar jengkol kepala tempat KTA dikantong baju, itu bukan wartawan asli... Itu defenisi wartawan gadungan... Biasanya oknum yang demikian malah tingkahnya ketinggian seolah-olah macam "BOTOL" aja, alias macam BETOOOOLLLL aja tingkahnya.

Sepertinya komentar Irlan Situmorang (Ketua) diatas sangat tendensius terhadap kenaikan harga jengkol di pasaran, sehingga mengaitkannya dengan kondisi wartawan gadungan yang mengaku jurnalis namun tak bisa menulis.

Seharusnya komentar tersebut mampu menjadi cambuk atau instrospeksi bagi jurnalis yang tak bisa menulis, karena bukan saatnya lagi untuk tipu-tipu dalam mencari nafkah keluarga,sebab diera teknologi informasi saat ini persaingan semakin ketat dan dituntut untuk profesionalisme dalam menjalankan pekerjaan sesuai tupoksinya masing-masing."kalau tidak bisa menulis, tidak usah menjadi jurnalis".

0 Comments