Breaking News



Ngiklan Murah Disini Yuk!!

Menlu Ungkap Jokowi Dua Kali Kirim Surat ke Raja Salman Terkait Pembebasan Etty Toyib Dari Hukuman Mati

Responsive Ad Here


Media Swara Semesta (10/7/2020)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden Joko Widodo dua kali mengirimkan surat ke Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dalam proses pembebasan seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi, yakni Etty Toyib dari hukuman mati.

Hal itu diungkapkan Retno saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Jumat (10/7/2020).

"Diplomasi pada tingkat tinggi juga telah dilakukan langsung antara Presiden Jokowi dengan Raja Salman bin Abdulaziz," ujar Retno.

"Presiden juga menulis surat kepada Raja Arab Saudi sebanyak dua kaliAlhamdulillah upaya tersebut membuahkan hasil," kata dia.

Retno mengatakan, sedianya pembebasan Etty berlangsung sejak lama. Kementerian Luar Negeri terus melakukan pendampingan sejak awal.

Beberapa upaya pendampingan yang dilakukan di antaranya pendampingan kekonsuleran sebanyak 43 kali.

Selain itu, Kementerian Luar Negeri melakukan pertemuan keluarga sebanyak sembilan kali yaitu dengan keluarga Ibu Etty.

"Alhamdulillah upaya tersebut membuahkan hasil dan pihak ahli waris, ini yang jadi kunci sebenarnya. Pihak ahli waris akhirnya bersedia memberikan tanazul atau pemaafan bagi Ibu Etty melalui diyat," ujar Retno.

"Selain bantuan dari pemerintah, para dermawan dan berbagai pihak, juga telah memberikan dukungan dan kerja samanya antara lain dari PBNU melalui Lazis NU. Kemudian Pemprov Jabar melalui Bapak Gubernur," kata dia.

Etty binti Toyib bebas dari hukuman mati. Ia lolos dari hukuman setelah didakwa membunuh majikannya Faisal al-Ghamdi pada 2001.

"Etty Toyyib lolos dari hukuman mati setelah membayar diyat tebusan 4 juta riyal atau Rp 15,5 miliar rupiah dan setelah mendekam di penjara selama 20 tahun," kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh melalui keterangan tertulis, Senin (6/7/2020).

Agus mengatakan, proses pembebasan berlangsung sangat alot karena pihak keluarga Faisal ingin Etty mendapat hukuman mati atau qisas.

Namun, pada akhirnya, setelah bernegosiasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh, keluarga Faisal setuju untuk menerima diyat tebusan Rp 15,5 miliar.

"18 tahun berikutnya dengan melewati negosiasi yang panjang dan alot, keluarga majikan bersedia memaafkan dengan meminta diyat tebusan," ujar dia. 


0 Comments