Breaking News



Ngiklan Murah Disini Yuk!!

Pertamina Rugi Rp11 Triliun, Piutang Pemerintah Ikut Andil di Dalamnya

Responsive Ad Here


Media Swara Semesta (27/8/2020)

PT Pertamina (Persero) membukukan kerugian Rp11,13 triliun pada semester I-2020. Kerugian tersebut disebabkan rugi kurs akibat piutang pemerintah terhadap BUMN migas itu.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini menilai, rugi kurs terjadi lantaran piutang yang belum dibayar tersebut dalam bentuk rupiah. Adapun pencatatan keuangan Pertamina menggunakan dolar AS.

Untuk diketahui, Pertamina memiliki piutang kompensasi harga jual eceran sebesar Rp96 triliun dan utang subsidi BBM Rp13 triliun yang hingga kini belum juga dibayarkan. Emma menyebut, piutang tersebut berkontribusi sekitar 60 persen terhadap kerugian Pertamina.

"Kurs berdampak signifikan karena pembukuan kami fundamentalnya adalah dolar AS. Semua pencatatan dibukukan dalam bentuk dolar AS dan ini berdampak signifikan karena ada piutang kita kepada pemerintah dalam rupiah," ujar Emma dalam rapat bersama Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (26/8/2020).

Emma mengatakan, pelunasan sisa utang pemerintah kepada Pertamina bisa menekan kerugian yang saat ini dialami perusahaan. Dia berharap Komisi VII dapat mendorong pemerintah untuk secepatnya melakukan pembayaran.

"Dengan dukungan Bapak Ibu di Komisi VII (DPR) akan melakukan pembayaran, ini akan sangat membantu kami menekan rugi kurs karena ini magnitude-nya besar. Kami hedging di market pun tidak ada flow-nya, tidak liquid. Di market, untuk hedging sebagai mitigasi kurs itu, untuk currency Rp100 triliun lebih," ujarnya.

Sementara itu, Menteri ESDM, Arifin Tasrif menilai, kerugian Pertamina disebabkan oleh menurunnya tingkat konsumsi BBM, harga minyak, dan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap kinerja perseroan.

Meski begitu, Arifin menyebut kerugian yang dialami BUMN di sektor energi itu bisa dimaklumi. Itu karena kondisi Covid-19 yang terjadi saat ini mengtam hampir semua sektor bisnis baik dalam dan luar negeri.

"Terkait kerugian Pertamina memang kita ketahui minyak turun, demand turun, kursnya juga terguncang walaupun harga minyak tidak turun pada batasan sekarang. Tapi konsumsi tidak kembali seperti semula. Secara general. kita bisa memaklumi karena semua perusahaan terdampak," kata Arifin.

(Ins/an)

0 Comments